Metode Usability Testing Yang Paling Umum Digunakan

Sebelum sebuah produk aplikasi atau website diluncurkan, ada satu tahapan yang sifatnya mutlak dilakukan. Tahap ini disebut dengan istilah usability testing. Pada tahap ini, UX researcher dari perusahaan pengembang berupaya untuk mendapatkan umpan balik seotentik mungkin dari pengguna mengenai antar muka dari aplikasi atau website yang dibuat.

Umpan balik yang didapatkan akan sangat berguna untuk mengetahui efisiensi, kesesuaian alur aplikasi dengan alur logika berpikir kebanyakan pengguna, keberterimaan desain dan elemen-elemennya, kemudahan penggunaan, sampai apakah pengguna bisa dengan mudah mencapai tujuannya.

Meskipun pengertian usability testing ini pada umumnya diterapkan pada produk-produk berbasis digital, seperti aplikasi mobile / desktop dan website, namun tidak menutup kemungkinan prinsip-prinsip dasar usability testing juga digunakan untuk produk-produk yang lain, terutama untuk produk yang sifatnya interaktif – yang membutuhkan user untuk melakukan langkah-langkah tertentu untuk menggunakannya.

baca juga: Tips Bagi Para Fresh Graduate untuk Mendapatkan Pekerjaan Pertama

Pelaksanaan tahap usability testing sendiri memerlukan persiapan yang matang. Mulai dari membangun tim, menentukan capaian, membuat kuesioner, mencari calon pengguna, menentukan biaya, memilih metode uji, sampai analisis dan presentasi hasil dari proses uji UI dan UX itu sendiri.

Terkait dengan akurasi, biaya dan sumber daya, maka metode usability testing semestinya dipilih dengan mempertimbangkan itu semua. Sementara setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak semua metode sesuai untuk semua jenis aplikasi. Tidak ada metode sapu jagat atau panacea yang bisa dipakai untuk semuanya.

Metode yang paling akurat, biasanya lumayan ribet dan perlu biaya cukup tinggi untuk dilaksanakan. Sementara yang akurasinya tidak terlalu tinggi, bisa jadi sudah mampu memberikan data yang cukup.

Dasar dari pemilihan metode usability testing adalah sumber daya, target pengguna, dan tujuan dari tes itu sendiri.

Secara umum, metode usability testing terbagi menjadi tiga.

Pertama, berdasarkan kondisi dari user. Metode ini terdiri dari moderated dan unmoderated.

Kedua, berdasarkan tempat uji pakai ini dilaksanakan, bisa remote dan in-person.

Ketiga, berdasarkan apa yang harus dilakukan oleh tester. Di dalamnya ada metode explorative, assessment, dan comparative.

Dalam pelaksanannya, masing-masing metode bisa dijalankan bersamaan sesuai dengan kebutuhan.

Metode Usability Testing Yang Paling Umum Digunakan

Untuk jelasnya mari kita lanjutkan di bawah ini.

Metode Usability Testing Yang Paling Umum Digunakan

1. Metode moderated dan unmoderated usability testing

Perbedaan kedua metode usability testing ini ada pada ada atau tidaknya penguji yang memandu dan mengawasi tester. Kedua metode tes ini bisa dilakukan secara langsung ataupun jarak jauh.

Pada metode moderated testing, para tester akan diberi penjelasan dan panduan yang detail. Sementara perwakilan dari penguji akan memberi respon atau jawaban jika ada pertanyaan dari tester, dan juga memberi pertanyaan lanjutan untuk mendapat respon yang lebih mendalam jika dirasa perlu.

Metode ini biasanya bisa memberikan hasil yang lebih dalam, dengan insight yang detail. Tetapi biaya pelaksanaannya cukup tinggi.

Sementara itu, metode unmoderated testing dilaksanakan tanpa ada pengawasan secara lansung. Peserta hanya diberi akses terhadap aplikasi atau mengunjungi website yang diuji menggunakan perangkat masing-masing.

Bisa saja peserta dipilih secara acak ditempat umum atau acak terkontrol seperti kampus atau sekolah – sesuai dengan target pasar dari produk yang diuji.

Biasanya peserta tester mendapatkan sedikit kompensasi atas pendapat mereka.

Metode unmoderated testing ini bisa dipilih untuk menekan biaya – karena relatif lebih murah. Kelemahannya adalah hasilnya bisa kurang akurat dan sepenuhnya bersandar pada kualitas pertanyaan kuesioner dan kondisi dari tester yang lebih sering tidak bisa dikontrol ketika melakukan tes. Selain itu, jika dirasa perlu, peneliti tidak bisa dengan mudah memberikan pertanyaan lanjutan.

2. Metode Remote dan in-person testing

Kedua metode usability testing ini berkaitan dengan tempat dimana tester melakukan uji terhadap UI / UX aplikasi atau website.

Remote testing dilakukan dengan para peserta uji produk berada ditempatnya masing-masing. Mereka bisa saja berada di rumah, cafe atau dimanapun. Untuk melakukan tes, para tester ini bisa terhubung dengan perwakilan dari penyelenggara tes melalui sambungan telepon atau koneksi internet.

Sementara metode in-person testing dilakukan dengan peserta tes dan pelaksana uji atau perwakilannya berada di satu tempat yang sama.

Tentu ini melibatkan persiapan tempat, terkadang transportasi dan akomodasi – yang membuat biayanya menjadi relatif tinggi. Itu sebabnya tidak jarang tes semacam ini dilakukan di kantor perusahaan dengan tester dari karyawan sendiri.

Untuk menghindari bias, tentu saja jauh lebih baik jika menggunakan tester independen yang berasal dari luar lingkup perusahaan.

In-person testing memungkinkan hasil tes yang rinci dan mendalam, termasuk jika dibutuhkan respon non-verbal seperti bahasa tubuh peserta tes yang relatif sulit didapat melalui metode remote.

Karena alasan efisiensi dan biaya, metode remote lebih sesuai digunakan jika peneliti membutuhkan sebanyak mungkin subjek tester. Dan metode in-person testing ketika yang dibutuhkan adalah kedalaman, tindak lanjut, sampai gesture tester ada dalam variabel yang diperhitungkan.

3. Metode Explorative test, assessment research, dan comparative research

Dalam pengembangan UI / UX sebuah aplikasi atau website, prosedur usability testing bisa saja dilakukan berulang-ulang – sisip menyisip diantara time line pengembangan produk. Metode yang digunakan juga bisa berbeda-beda tergantung dengan kebutuhannya.

Seperti metode explorative test misalnya. Di dalam tes ini, para tester akan diminta untuk melakukan brainstorming dan bebas memberikan opini atas produk. Uji seperti ini biasa dilakukan pada tahap awal pengembangan produk.

Pada produk yang sudah jadi, metode explorative test ini juga bisa dilakukan ketika dirasa sudah tiba masanya untuk melakukan rebranding, redesign, atau bahkan repositioning brand beserta produknya.

Dengan begitu, hasil dari tes bisa menunjukkan gagasan atau bahkan celah dan pergeseran pasar.

Metode Assessment research dilakukan ketika yang dibutuhkan adalah data apakah UI / UX yang sedang digunakan pada aplikasi / website yang diuji mudah digunakan, memuaskan kebutuhan user, membuat user mendapatkan apa yang seharusnya mereka inginkan dari aplikasi atau website uji.

Hasilnya bisa menjadi rekomendasi perbaikan sebagian atau keseluruhan desain.

Dan masih ada juga comparative research yang meminta tester untuk memilih diantara dua desain yang diberikan. Tidak jarang, tester juga diminta untuk membandingkan dengan aplikasi atau situs pesaing.

tertarik dengan teknologi, gadget, internet, astronomi, anthropologi, sedikit politik, pendidikan, dan bisnis online

You May Also Like