Kontribusi Sukanto Tanoto Dalam Pengadaan Listrik Pedesaan

Pengusaha Sukanto Tanoto memiliki pandangan tersendiri dalam mengelola bisnis. Pendiri sekaligus Chairman Royal Golden Eagle (RGE) ini ingin perusahaannya memberi kontribusi bagi pengembangan masyarakat. Hal itu diwujudkan dengan banyak cara. Salah satunya dalam mendukung pengadaan listrik pedesaan.

Sampai sekarang listrik masih menjadi masalah tersendiri di Indonesia. Belum semua daerah menikmati layanan tersebut secara optimal. Bahkan, jumlah daerah di pedesaan yang belum teraliri listrik juga masih banyak.

Data yang dipaparkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bisa menjadi bukti. Pada April 2019, Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Harris menyatakan masih ada 2.500 desa yang belum teraliri listrik di Indonesia.

Kontribusi Sukanto Tanoto
Sumber foto: Asian Agri (https://www.asianagri.com/images/articles/penciptaan-nilai-bersama/CSRelectricity-01.png)

Pemerintah berusaha keras untuk segera mengaliri desa-desa tersebut dengan listrik. Untuk melakukannya, mereka membuka pintu kepada pihak swasta untuk masuk memberi dukungan. Nanti kerja sama akan dilakukan antara swasta dan PLN.

Kondisi tersebut semakin membulatkan tekad pengusaha Sukanto Tanoto untuk berkontribusi dalam pengadaan listrik pedesaan. Salah satu caranya dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) yang bisa dipakai untuk keperluan perusahaan dan masyarakat.

Langkah tersebut dilakukan oleh Asian Agri sejak 2015. Perusahaan Sukanto Tanoto yang bergerak di industri kelapa sawit tersebut mendirikan lima PLTBg pada tahun tersebut. Dua didirikan di Sumatera Utara, dua lainnya ada di Riau, dan satu lagi berada di Jambi.

PLTBg Asian Agri dibangun menggunakan teknologi digester tank dari Jepang. Prosesnya memakai tangki digester yang berfungsi mempercepat dan memaksimalkan proses pembentukan gas metana. Semakin banyak yang tersedia, makin besar juga energi yang dihasilkan oleh PLTBg.

Setiap PLTBg mampu menghasilkan energi listrik sebesar 2,2 MW. Di sinilah arahan Sukanto Tanoto agar perusahaannya mampu memberi manfaat kepada khalayak bisa dilakukan. Asian Agri tidak hanya memakai energi listrik yang dihasilkannya sendiri. Namun, mereka juga mampu membagikannya kepada masyarakat.

Nanti di setiap PLTBg, Asian Agri hanya memakai 700.000 KW untuk operasional pabrik. Sisa energi sebesar 1,5 MW justru akan digunakan untuk masyarakat lokal, terutama bagi para warga di kawasan pedesaan tempat perusahaan beroperasi.

“Pembangunan PLTBg itu sekaligus memenuhi kebutuhan energi secara mandiri dan membantu pasokan ke PLN,” kata Head Mill & Engineering Asian Agri, James Sembiring, di Antaranews.com.

Asian Agri tidak hanya mendirikan lima PLTBg belaka. Seiring waktu, mereka terus meningkatkan jumlahnya. Perlu diketahui, pada 2019 ini sudah ada 10 PLTBg yang didirikan. Jumlah itu belum merupakan hasil akhir. Perusahaan Sukanto Tanoto ini menargetkan sudah akan ada 20 PLTBg pada tahun 2020 nanti.

Langkah ini merupakan bentuk nyata dukungan kepada Pemerintah Indonesia yang berniat meningkatkan kelistrikan hingga 35.000 MW dari tahun 2015 hingga 2019. Dari jumlah itu, 25 persen di antaranya berasal dari sumber daya terbarukan seperti PLTBg.

Tentu saja ini juga dukungan bagi masyarakat pedesaan di kawasan Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Mereka bisa mendapat pasokan listrik dari PLTBg milik Asian Agri yang tersebar di beberapa wilayahnya.

Jumlah warga yang merasakan manfaatnya cukup banyak. Dengan asumsi setiap rumah membutuhkan listrik sebesar 900 W, maka dalam setiap PLTBg akan sanggup mendukung kebutuhan 7.000 warga. Bayangkan jika semua PLTBg nanti sudah berdiri. Akan ada sekitar 140 ribu rumah yang terbantu ketika 20 PLTBg Asian Agri resmi beroperasi pada 2020 nanti.

RAMAH LINGKUNGAN

Kontribusi Sukanto Tanoto Ramah Lingkungan
Sumber foto: Asian Agri (https://www.asianagri.com/images/articles/penciptaan-nilai-bersama/CSRelectricity-01.png)

PLTBg tidak hanya menghasilkan energi listrik yang bermanfaat bagi operasional perusahaan maupun masyarakat. Lebih dari itu, pendiriannya juga menjadi bukti komitmen Asian Agri dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Hal ini sejalan dengan arahan Sukanto Tanoto yang lain. Ia menginstruksikan semua perusahaan di bawah RGE seperti Asian Agri untuk selalu aktif dalam memelihara keseimbangan iklim. Dengan kata lain, perusahaan juga harus baik untuk alam.

Pembuatan fasilitas PLTBg oleh Asian Agri merupakan perwujudan nyatanya. Pasalnya, mereka memanfaatkan limbah sisa hasil produksi yang diproses menjadi biogas. Adapun zat tersebut lebih dikenal sebagai Palm Oil Mill Effluent (POME).

Sebelumnya Asian Agri sudah memanfaatkan POME untuk menjaga kelembaban tanah demi mencegah erosi dan sebagai pupuk penyubur perkebunan kelapa sawit. Namun, teknologi tinggi yang dimiliki mampu mengubah POME menjadi energi listrik sesudah menjalani proses khusus.

Oleh Asian Agri, POME ditempatkan ke dalam tangki digester. Di sana POME diubah menjadi gas metana dengan menambahkan bakteri. Gas inilah yang kemudian dikirim ke PLTBg guna menghasilkan tenaga listrik.

Listrik dari gas metana terbilang jauh lebih bersih dibanding yang berasal dari energi fosil seperti batubara dan minyak bumi. Oleh karenanya, hal ini jauh lebih ramah lingkungan. Terbukti, dengan memakai energi listrik biogas, Asian Agri mampu memangkas emisi di pabrik kelapa sawit hingga 60 persen. Jumlah yang sangat signifikan.

“Pabrik Biogas yang didirikan Asian Agri merupakan bentuk tanggung jawab kami terhadap kelestarian lingkungan.

Tidak hanya sekadar menjalankan bisnis perusahaan, kami berusaha agar limbah dari pengolahan sawit dapat menjadi sebuah hal yang memberikan manfaat bagi lingkungan dan juga masyarakat,” ujar Direktur Sustainability dan Stakeholder Relations Asian Agri, Bernard Riedo.

Memanfaatkan POME menjadi biogas semakin menekan limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan kelapa sawit. Langkah ini membuat Asian Agri mendapat apresiasi dari banyak pihak. Salah satunya pada September 2017.
Perusahaan Sukanto Tanoto ini berhasil meraih Anugerah Energi Lestari Award 2017 sebagai bentuk pengakuan atas komitmen dalam memproduksi energi bersih dari limbah organik.

Pencapaian tersebut bukan satu-satunya. Pada bulan November 2017, Asian Agri juga mendapatkan Platinum Award untuk kategori Environmental Management Program pada perhelatan Indonesia CSR Awards 2017.

Namun, di mata Asian Agri, penghargaan bukan tujuan utama. Mereka lebih menargetkan untuk ikut mendukung tujuan pembangunan nasional dan internasional. Hal tersebut pasti berdampak baik bagi banyak pihak.

Meningkatkan produksi listrik diketahui akan membantu pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang diluncurkan PBB. Secara khusus, TPB 9 yang menyerukan pertumbuhan industri melalui inovasi dan infrastruktur serta TPB 7 yang bertujuan untuk menyediakan akses pada energi bersih dan terjangkau menjadi fokusnya.

Dengan mendirikan PLTBg, Asian Agri berharap bisa memberi kontribusi nyata untuk menggapai TPB. Bersamaan dengan itu, mereka juga mengindahkan arahan pendirinya, Sukanto Tanoto. Berkat PLTBg pula Asian Agri mampu berguna kepada masyarakat, negara, dan alam.

Prinsip itulah yang pada akhirnya membawa Sukanto Tanoto meraih kesuksesan di dunia bisnis. Dari nol ia mampu membesarkan RGE menjadi korporasi skala internasional dengan aset sekitar 20 miliar dolar Amerika Serikat.  Hal tersebut hanya bisa diraih berkat kemauannya untuk selalu berkontribusi positif kepada pihak lain. Salah satunya dengan berusaha aktif memberi pasokan listrik ke masyarakat pedesaan.

tertarik dengan teknologi, gadget, internet, astronomi, anthropologi, sedikit politik, pendidikan, dan bisnis online

You May Also Like